....Tidak Ada Asap Kalau Tidak Ada Api....

Tidak ada asap kalau tidak ada api… ya kayanya itu deh yang cocok menggambarkan “kebangkitan”ku iseng-iseng spare waktu 1 – 1.5 jam untuk berjibaku dengan tuts kompi tiap harinya hingga tak terasa 15 hari sudah aku berkelana sampaikan semua kegundahan seputar dunia energi baru terbarukan (EBT) di Indonesia.
Dulu, blog ini awalnya kusediakan untuk menemani bertukar cerita antara duka dan suka yang dibatasi jarak dan juga berbagi kekaguman tentang kebijakan-kebijakan ketika kita menjadi “alien” di planet sendiri (warga pendatang di Negara orang).  Bahan udah terkumpul, bukti-bukti biar gak ada caption “hoax” sudah terdokumentasikan di jejaring sosial FB dengan akar-akar tulisan yang terbubuh rapih di beranda FB. Tapi alih punya dalih, bukti-bukti itu kini hanya menjadi hiasan FB semata, karena dari banyaknya rencana yang sudah tertata bukti otentiknya di beranda, hanya 30% saja yang terealisasi menjadi tulisan.
Bukan karena tak ada inspirasi, tapi karena gak betah duduk lama-lama menarikan jari-jemari untuk bertinta. 5 menit ngetik A I U E O, terhenti karena tuts nomer telepon sudah terpanggil ke “alien” satunya dari layar skype maupun facetime. Di awal karirnya, tulisan di blog ini memuai bersama kata-kata yang tersampaikan dalam radiasi suara… (dari beberapa tulisan sebelumnya hanya kusisakan dua tulisan, yang lainnya kuhapus dan abadikan di file pribadi J).
Tapi tetap tidak ada asap kalu tidak ada api….
Nah di medio 2017 inilah, hasrat menggebu-gebu kepengen nulis dengan kata yang nggak EYD banget (baca: non akademis) muncul lagi. Awalnya sekalian biar tetep update bahasa, mulai dari bahasa gaul sampai bahasa alay, biar tetep update berita, mulai dari berita Saracen sampai berita perundingan Freeport, tapi ya itu karena pemicunya gak ada jadi keulur deh….
AKhirnya ada lecutan untuk ikutan #15HariCeritaEnergi nya ESDM, sebuah kompetisi blog yang bercerita tentang EBT dan konservasi energi selama 15 hari berturut-turut…sebenernya bukan karena ngejar jalan-jalannya yang kalau menang bisa ke kantor pusat IEA di Perancis. Kalau dapat kesempatan menang, Alhamdulillah, tapi triggernya itu adalah tanggung jawab, karena udah nawaitu mendaftar,malu dong kalau ditengah-tengah walkout…heheh… nah wong yang ikut puluhan peserta yang diksi kata-kata dan observasinya apik-apik dan dalam….
Sementara aku, lahirnya 1 publish tulisan itu dari hasil ngedekem 1 – 1.5 jam di malam sepulang nggerayang di Ibukota… setidaknya aku bangga dengan pilihanku, terbalut dalam ketakutan tidak bertanggung jawab dan malu kalau tetiba tidak istiqomah, Eeeeh setelah melewati masa di hari ke-10 malah keasyikan nongkrong di display MS.Word pokokmen masih cuma bisa spare waktu 1-1.5 jam dan juga ceritanya masih kebanyakan cengengesan, biasalah daripada nonton caisar jogged di pesbuker buat ngilangin penat, mending numpahin kepenatan dalam balutan kata yang agak “childish” untuk orang yang masa kepala 2 nya sebentar lagi sirna…. Aniwey….terimakasih Kementrian ESDM, yang sudah “Menyalakan Api Menulis” di hariku kembali…. 
Lagi-lagi tidak ada asap kalau tidak ada api.
Sekarang apa dong cerita EBT dan Konservasi Energinya di hari terakhir ini? Mau ceritain tentang hutan atau energi asap kah…hehehe piiiis. Bukan-bukan, jadi mau ceritain si Tidak Ada Asap Kalau Tidak ada Api, yaitu tentang isu ngeboomingnya kembali Energi Baru Terbarukan di Indonesia. Sebenarnya program menggalakkan EBT ini sudah sering dan lama sekali dilakukan di Indonesia. Aku saja mulai pokus dan interest serta kenal dekat dengan EBT itu sejak aku menggerogoti bangku kuliah, sebenarnya salah satu top 5 yang menjadikan alasan aku pdkt sama EBT karena “Kyoto Protocol” bukan karena 100% isinya, tapi waktu itu kepengen banget “ngilmu” apapun di Negara-nya mbak-mbak kawai AKB48, dimana berhasil mempersatukan Negara-negara dunia untuk berkomitmen penuh pada upaya penurunan gas rumah kaca akibat pemanasan global. Biar keliatan keren makanya tuh Kyoto Protokol Aku laminating dan dijadikan kalung layaknya kalung para rapper…heheh kidding…. Walau sekarang sudah ada Paris Agreement yang lebih kekinian, komitmen nurunin lagi emisi GRK hingga menekan pemanasan global hingga 2 derajat celcius pada tahun 2030.
Satu yang jadi peratanyaan, kenapa EBT dan Konservasi Energi sekarang impactnya jadi mendadak viral begini?? Bahkan di Kementerian ESDM sendiri ada satu direktorat jenderal sendiri untuk mengurusi berbagai kebijakan pemerintah dan menelorkan berbagai keputusan pro investasi EBT. Yuhuuu…. sekarang-sekarang ini regulasinya hampir “menggiurkan” para investor apalagi beberapa tahun ke belakang karena harga Bahan Bakar Fossil yang makin meninggi karena adanya pencabutan Bahan Bakar bersubsidi, juga dampak tingginya harga minyak dunia.
Ditambah pula dengan pro nya Pak Menteri ESDM dan Wamen ESDM ini terhadap EBT yang disokong dengan keterlibatan media dalam penyampaiannya.  Mulai dari permen yang mengatur ketahanan energi sampai win-win solution dalam pengembangan Energi Baru Terbarukan dan aturan-aturan lain bahkan hingga mengatur harga di tingkat end user nya.
Nah sekarang gimana memviralkan kepada masyarakat menengah kebawah ? yang gak sampai sejauh itu memikirkan bisa berinvestasi di dalamnya, wong makan aja sulit… Membangun empati lewat komunikasi, baik bahasa verbal, tulisan maupun tontonan. Membawa masyarakat yang ada ke dalam situasi yang menumbuhkan rasa empati tapi tanpa menghilangkan esensi dan tanpa mencederainya dengan HOAX semata.
Well, isu tentang perubahan Iklim harus selalu ditanamkan kepada mereka yang masih boros dan berfoya-foya dengan energi fosil. Namun jangan terus-terusan memberikan gambaran negative, perbanyak gambaran positif seperti  halnya dengan beralihnya 1 daerah dari pembangkit energi fossil ke pembangkit Energi Baru Terbarukan dapat meningkatkan kesejahteraan warga.

Itu yang jadi tugas kita bersama, dan buatku, aku akan mulai dari diri sendiri dan berusaha mengingatkan orang-orang disekelilingku, menghemat energi listrik itu jauh lebih mudah dari membangkitkannya….ingat saudara2 kita di timur sana yang belum berlistrik….apa yang kita hemat akan memberi secercah cahaya bagi mereka….

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sesederhana Kopi dan Roti

Mau Dibawa Kemana Listrik Indonesia? (Episode : "Pengendali Udara")

Ketika Panas (Bumi) Jadi Anugerah Negeri