Mengubah Bau Jadi Energi Bermutu

Sampah…sampah…dan sampah terlalu pedas rasanya kalau mau ngomongin ini (karetnya dua berarti ya).
Setiap jalan pulang ke kamar itu, pemandangan terpapar “indah” menemani perjalanan menuju peraduan, bentangan sampah-sampah menggenang di kali… padahal 2 bulan lalu sudah sempat dibersihkan oleh dinas kebersihan setempat. Tapi entah kenapa dan apa yang salah, 2 minggu kebelakang ini genangan kalinya penuh kembali, beberapa hari terakhir pun dipenuhi dengan sampah yang kembali menggunung, hal ini pun terhubung, menjadikan warna si airnya menjadi hitam. Belum terlalu pekat seperti biasanya, tapi bawelnya diri ini terusik akan aromanya yang khas, aroma yang membuat ratusan hewan justru berlomba mendekati.... 
Padahal Aku sudah berada dalam jarak yang cukup jauh dari si pusat bau. Hmmmm... kesal punya kesal, setiap malam selalu ditemani si cantik pengisap darah layaknya pasangan posesif yang tak mau berpisah walau hanya sesaat. Padahal taburan abu obat nyamuk bakar (hehehe) yang dioles ke sekujur tubuh bak Cleopatra yang sedang mandi susu....itupun nggak menjanjukan menghidar dari keposesifan kamu.... kamuuu...iya kamuuu....(Dodit Mulyanto style). Ternyata, nyamuk-nyamuk lagi pada sidang paripurna dimari…hufft… Kadang timbul pertanyaan dan rasa salut untuk warga yang tinggal persis di sekitaran situ, mencoba menikmati hari untuk bersahabat dengan si sampah. Kalau begini yang disalahkan siapa hayo? Pemerintah atau masyarakatnya atau malah Aku? #mikir.com
Sampah.... selalu menjadi masalah “urgent” dan tentunya menarik untuk dibahas karena emang nggak akan ada habisnya, karena manusia "ditakdirkan" salah satunya buat nyampah. Go green dan gerakan-gerakan anti sampah pun menggelora, meminimalkan sampah yang ada, nggak hanya di Indonesia, tapi hampir di seluruh Negara baik yang sudah maju maupun yang sedang berkembang dan mungkin di beberapa negara miskin.... Mau makan saja sulit gimana mau mikirin sampah.....
Teringat betul di acara “The 5th Indonesia International Palm Oil Machineray and Processing Technology Exhibition 2017” permasalahan sampah jika terus-menerus dibiarkan tanpa ada penangan lain selain dibuang “begitu saja” ke landfill akan menjadi bom waktu tersendiri. 
Kenapa? bisa dibilang wilayah pembuangan akan semakin menipis dan secara otomatis akan mencari tempat-tempat pembuangan baru yang pastinya akan semakin mendekati perumahan warga dan lalu kemudian mencemari sumber-sumber air disekitar wilayah pembuangan. Hosssh air menjadi tak layak guna tuk keperluan mandi bahkan minum. Ini bisa menjadi PR tersendiri untuk pemerintah di seluruh Negara kalau tidak mau di”guling”kan secara paksa jika sampah tak diperhatikan.
Produksi sampah setiap tahunnya dari paparan Pak Aris
Sedikit merujuk dari salah satu slide paparan Pak Aris (salah satu pembicara di acara tersebut), bisa ditarik kesimpulan bahwasanya sampah itu bisa jadi gunungan tersendiri kalau tidak fokus pembenahannya. Bayangpun, setiap tahunnya,,,wew,,,itu baru dari makanan, bagaimana dengan limbah-limbah sampah lainnya??
Numpuknya sampah-sampah di jalan – jalan protokol atau kota di sudut gang-gang dan juga kali-kali khususon di Jakarta pinggiran itu masih menjadi momok tersendiri. Ditambah dengan konflik-konflik lokal yang terjadi antara masyarakat yang lokasinya menjadi tempat pembuangan akhir (TPA). Di beberapa Negara maju seperti Perancis, Denmark, Swiss dan tentunya Amerika Serikat, pun ditambah dengan Negara Jepang yang 10 tahun kebelakang ini sedang memaksimalkan proses pengolahan sampah. Tidak langsung spesifik ke pengolahan yang dapat merubah sampah tersebut menjadi energi baru tapi mulai dari bagaimana cara mengatasi bau busuk sampai memilah-milah spesifikasi sampah menurut jenis sampai ke pembuangannya. Khusus untuk Denmark, selain sudah eksis mengoptimalkan energi anginnya, untuk sampahpun sudah berhasil mengkonversinya lebih dari 50 % menjadi listrik.
Nah sekarang, bagaimana dengan Indonesia?
Usut punya usut sebenarnya di Indonesia itu ternyata sudah ada lho regulasi yang pro kepada pengolahan sampah. Yaitu melalui peraturannya Presiden telah “memviralkan” perpres nomor 18 tahun 2016, apa isinya? Pemerintah menetapkan adanya percepatan pembangunan pembangkit listrik berbasis sampah menggunakan teknologi proses thermal incinerator atau pembakaran.
Dengan adanya kebijakan ini diharapkan agar sampah kota bisa dimaksimalkan sebagai sumber energi terbarukan baik untuk listrik harapannya maupun potensi untuk kebutuhan masak di rumah tangga berupa gas dengan menggunakan tawaran cara gasifikasi, pirolisis dan incinerator.
Sebelum kita kulik-kulik dalemannya sampah ini, kita liat dulu cerita di luarnya dulu. Yuk kita sedikit mengulik pemanfaatan sampah dengan tawaran konversi menjadi energi listrik....
Pak Rudi Nugroho dari BPPT sempat menjelaskan kalau teknologi yang dapat diadopsi saat ini adalah proses pemanasan dengan suhu yang sangat tinggi sekitar 800 – 1000 derajat celcius. Proses ini disebut incinerator atau proses pembakaran. Menurutnya sampah-sampah pilihan yang sesuai spesifikasi (tentunya yang tidak “mencederai” dinding incinerator seperti plastik) pabila dimasukkan ke ruang bakar tersebut dan lalu dibakar sesuai dengan suhu yang ditentukan dengan range 800 -  1000 derajat celcius nantinya akan hanya menyisahkan sekitar 10 % dari residu atau sisa sampah, dan kemudian potensi panas yang dihasilkan dari pembakaran akan dialirkan sebagai aliran panas pada boiler. Dan lalu nantinya akan menghasilkan uap yang dapat dipergunakan sebagai pembangkit listrik.
Secara sederhana prinsipnya dapat dijabarkan seperti list dibawah ini :
  • ·       Sampah dibakar dengan suhu yang tinggi, tentunya akan menghasilkan panas (proses konversi thermal)
  • ·       Panas yang dihasilkan digunakan untuk mengubah air menjadi uap tentu saja dengan bantuan alat bernama “boiler”
  • ·       Uap yang dihasilkan dan ditampung memiliki tekanan yang cukup tinggi
  • ·       Dan dari uap bertekanan tinggi tersebut dapat digunakan sebagai penggerak bilah-bilah turbin (sama halnya seperti prinsip energi geotermal ditulisan sebelumnya)
  • ·      Dan pastinya perputaran turbin yang sudah ditautkan pada generator akan mengubah energi kinetic menjadi energi listrik


Nah kemungkinan besar, pembaca budiman para sobat yang haus akan literasi masih merasa kurang gamblang bukan akan apa itu insinerasi, kenapa proses konversi thermal, bagaimana dengan gasifikasi dan apa bedanya pirolisis dengan thermalisasi…cabang-cabang ketidaktahuan bertubi-tubi melanda kegalauan saat membaca ini… bukan tidak mau dituntaskan tapi yang ini di keep dulu buat tulisannya selanjutnya yaaaa.....

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sesederhana Kopi dan Roti

Mau Dibawa Kemana Listrik Indonesia? (Episode : "Pengendali Udara")

Ketika Panas (Bumi) Jadi Anugerah Negeri