Mari Mengenal Teori "Kulit"nya si Angin

Hari ini, setelah bada shalat Jum’at, pulang ke kamar rasanya mageeer banget. Kaya masyarakat anti sosial gitu deh, hal ini berbanding lurus ditambah dengan tabung gas di kamar yang ternyata isinya habis. Jadilah Aku bergegas mencari tempat yang khusyuk untuk berdekam dan mencari inspirasi ditempat yang layaknya seperti gunung huaguo (yang angkatan tua mesti familiar sama gunung ini. Walaupun entah ada atau tidak kebenarannya, yang pasti seru aja ditonton film yang menampilkan cerita di gunung ini…KERA SAKTI).


Gunung Huaguo (Sumbernya : di sini)
Sepi, terdengar serak-serak kicauan makhluk alam, desiran angin pun tak kalah ingin memerdukan paduan musikalitas alam… eeh Emang ada di Jakarta? Ada dong, nama tempatnya adalah JCO…hoohoo suasananya sepi dari televise, serak-serak kicauan manusia yang kongkow turut andil untuk menemani “semedi”ku, dan yang tak kalah bernadanya desiran “Announcer” yang sedang menginfokan lomba Duta Anti Narkoba Cilik, semuuua berpadu dalam musikalitas mall. Hehehehe...

Hari ini sebenernya pengen banget ngebahas tentang gunung huaguo, gunung yang konon katanya “Kera Sakti” dilahirkan…hehehe… Biar inspirasinya gak lari kemana-mana. Lagi cari-cari “irisan” benang merah yang bisa ngejembatanin keinginan dengan inspirasi…apa ya…apa dong…apa niiih?? Tik tok tik tik tok… (yang kepikiran malah kapan ya beli isi ulang gas, kalau beli didekat sini harganya mahal dan habisnya kurang dari sebulan, mau beli di Indomaret yang bagus tapi mesti ngerepotin orang)… huaaaa ini pikiran kenapa bercabang-cabang…

Well langsung aja dah, susyah ngaitinnya ke gunung huaguo. Ikutin angin berhembus aja dah. Eiiiits… Angin…aha!!cling!! (wkwkwkwkwk maksa sadis).
Dipostingan sebelumnya mengenai episode pengendali udara, Aku sudah menyerempet sedikit banyak mengenai potensi energi angin di Indonesia serta salah satu anak bangsa yang “berani pulang” hanya untuk memerdekakan salah satu spot kecil kawasan Indonesia dari kegelapan. Mas Ricky Elson dan Teman-teman dari Lentera Angin Nusantara.

Well hari ini, kita akan membahas sedikit rinci tentang Angin (melengkapi teori tulisan sebelumnya).
Hembusan udara bergerak yang diakibatkan putaran atau rotasi bumi serta adanya perbedaan tekanan dan pemanasan pada permukaan bumi dinamakan angin. Pak Habibie pernah berujar, dalam konsep dasarnya angin yang berhembus di permukaan bumi ini dipengaruhi karena besarnya penerimaan radiasi surya yang tidak merata satu sama lain di permukaan bumi, sehingga menyebabkan perbedaan suhu udara di tiap-tiap wilayah. Angin adalah sumber gaib, yang kasat mata, tapi dapat kita rasakan (harusnya konsep kaya gini mulai dari lulusan SD sudah faham bingiiits). Aliran dan pergerakkan angin mengisi dari tempat yang bertekanan tinggi ke tempat yang bertekanan udara rendah (hampir sama seperti fluida-fluida lainnya). Dari kondisi peta yang tersaji dalam cerita sebelumnya mengenai pengendali angin, menjadikannya sebagai salah satu eksistensi Energi Baru Terbarukan yang seharusnya dapat dimanfaatkan dalam skala besar dan terus-menerus, terlebih dengan sinergisitas pemerintah dalam memberikan permen yang win-win solution. Di dalam aplikasinya sebagai energi yang dapat dikonversi ke energi listrik, angin merupakan proses yang memiliki dampak negatif yang lebih kecil dibandingkan dengan energi fosil.

Seperti yang sudah kita nikmati, dalam kondisi normalnya di dunia kalau angin itu tersebar dalam lingkaran udara yang bersih namun sifat angin yang “ababil” dan gak rata di tiap wilayah menjadikan tantangan tersendiri bagi setiap warga dunia yang berpikir. Topografi dan atau ketinggian wilayah yang berbeda akan menghasilkan potensi dan bahkan bahaya angin yang berbeda. Dari konsep dasar yang diujar oleh Pak Habibie maka kita bisa mennarik garis lurus bahwa wilayah yang penerimaan sinar mataharinya (radiasi panas matahari) lebih banyak maka otomatis akan memiliki suhu yang lebih tinggi kemudian secara harfiah di wilayah ini, gerakan udara mengalami pengembangan atau pemuaian sehingga hal inilah yang mengakibatkan wilayah tersebut dikatakan wilayah bertekanan udara rendah.  Begitu pula sebaliknya wilayah yang mataharinya malu-malu menyinari bisa dikatakan sebagai wilayah  bertekanan udara tinggi. Perubahan panas antara siang dan malam merupakan gerak utama sistem angin harian, karena beda panas yang kuat antara udara di atas darat dan laut atau antara udara di atas tanah pegunungan dan tanah di daerah lembah. Weeeeew… ternyata Angin yang gaib aja ada ilmunya loooh…jadi jangan semena-mena tiap hari megap-megapin idung untuk eksploitasi udara (especially oksigen).

Nah dari perbedaan wilayah inilah yang mulai dapat dihitung potensi kecepatan angin karena adanya benturan pergerakan angin. Kecepatan angin adalah kecepatan dari melajunya arus angin dan hal ini dinyatakan dalam satuan knot atau kilometer per jam maupun dalam meter per detik. Karena kecepatan angin umumnya berubah-ubah, maka dalam menentukan kecepatan angin diambil kecepatan rata-ratanya dalam periode waktu selama sepuluh menit dengan dibulatkan dalam harga satuan knot yang terdekat.

Sesuatu yang memiliki kecepatan (karena gesekannya) kemungkinan besar akan berpotensi memiliki daya. Dalam konsep angin,daya angin itu sebanding dengan hasil kali kecepatan angin kubik, perbedaan kecepatan angin yang kecil pun secara signifikan akan mempengaruhi perbedaan daya. Dari perbedaan kondisi dan kecepatan angina inilah yang nantinya akan menentukan tipe dan ukuran rotor penggerak untuk pemanfaatan energy listrik. Kecepatan angin rata-rata mulai dari 3 m/s memadai untuk turbin angin propeler ukuran kecil, di atas 5 m/s untuk turbin angina menengah dan di atas 6 m/s untuk turbin angin besar.

Setelah mengenal kulit bagian dalam angin, maka proses pemanfaatan energi angin untuk diubah ke energi listrik itu dapat dianalogikan melalui dua tahapan konversi  yaitu :
1. Aliran angin yang menghasilkan beda potensi kecepatan yang nantinya akan menggerakkan rotor (baling-baling).
2.  pergerakkan rotor yang nantinya akan dihubungkan dengan generator, dari generator inilah dapat dihasilkan listrik.

Sooo… setelah kita mengetahui sedikit lebih dalam teorema kulitnya si angin. Sebagai orang yang memiliki rasa keingintahuan yang tinggi dan terus berpikir. Di tulisan berikutnya kita akan mengulik dan mengupas secara sederhana “ingredients”- dan “pretelannya si alat yang dapat menyulap si angin tersebut menjadi listrik…


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sesederhana Kopi dan Roti

Mau Dibawa Kemana Listrik Indonesia? (Episode : "Pengendali Udara")

Ketika Panas (Bumi) Jadi Anugerah Negeri