Bagaikan Yin-Yang Dalam Pemanfaatan Energi Matahari

Melihat fenomena masyarakat Indonesia itu terkadang “Ajaib”. Kenapa?? terkadang di bawah tekanan regulasi, mereka dapat menyuarakan suaranya, "mengutuk" regulasi yang dianggap menyekik sendi perekonomian, tercetus “sumpah serapah” akan sulitnya menjalani kehidupan bila sampai itu diberlakukan…

No..no..no... Apa maksudnya? ini sedikit contoh ilustrasi regulasi yang "terjebak" dalam keadaan ajaib itu (agak flashback dan cari-cari sendiri beritanya di jamannya ya sob), beberapa regulasi atau kebijakan yang memang implementasi atau tujuan awal tercetusnya itu adalah baik, mungkin kita bisa lihat pada awal-awal kali pertama turunnya konsep penggantian atau konversi minyak tanah menjadi tabung gas bersubsidi 3 kg, pembatasan subsidi BBM RON 88 (premium) dan mengarahkannya ke BBM RON 90 (Pertalite), juga yang paling kekinian adalah penyesuain tarif listrik bersubsidi agar terciptanya #energiberkeadilan.

Hmmmmm.... semua punya cerita di jaman turunnya regulasi-regulasi tersebut, siklusnya emosi, mengumpat lalu menulari energi negatif ke lingkungan sekitar….

Soooo, yang menyebabkan itu ajaib apa dong? Itukan wajar manusiawi? Yang menjadikannya ajaib adalah, di saat mereka sedang menyuarakan keluh kesahnya dengan regulasi yang ntuuu, eeh ada sebagian dari mereka yang ikutan “heboh” memacu adrenalin di tengah antrian potongan-potongan harga (diskonan) barang di mall dan pasar-pasar.

Ketika aku mencoba menarik garis lurus kepentingan hajat hidupnya, aku sadar itu bukanlah kebutuhan utamaaa…contohnya lainnya banyak kita temui, mulai dari antrian menguler gadget yang diselanggarakan di Kota Kasablanka tahun kemarin dan 2 tahun lalu dan sampaaai antrian mengekor di gerai donat JCO, serta yang lagi viral dua hari ini adalah antrian diskon sepatu ternama yang selidik punya selidik pun harganya itu masih dibilang lebih mahal dibandingkan dengan sepatu “abal” yang ada di pasar-pasar tradisional.

Yuuuu… jadi sebenarnya gimana dong ini? Menyekik ekonomi, tapi masih ada sebagian dari mereka yang ikutan begini (dalihnya pengen ngerasain)… hidup kalau ngedepanin ego mah gak ada abisnya.

Sekarang pilihan ada di masing-masing personal, melihat manfaat dari setiap apa yang ada dan dipilihnya, kebutuhan,keinginan, kebermanfaatan atau bahkan kemaslahatannya. Dan terkadang kalkulasi untung-rugi juga bisa jadi pertimbangan dengan menyelaraskan segala segmentasi bukan hanya egoisme pribadi.

Itupun juga berlaku seperti halnya dalam proses memilah-milah untung-rugi dari bahasan Energi Matahari kemarin dan eksekusi dalam pemanfaatan energi matahari tersebut untuk Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS). Kenapa perlu dipilah? Agar tidak ditelan mentah-mentah tawaran Energi Baru Terbarukan agar proses pengembangannya win-win solution antara semua stakeholder.

Nyoh yuuk kita ulik untung dan ruginya, biar pada melek untuk mempelajari teknologi berkelanjutan si Energi Matahari, kita sedikit ngulik keuntungannya dulu ya sob.

1. Tidak akan pernah habis
Ini nih keuntungan yang paling diagung-agungkan dari energi Matahari. Dikarenakan Matahari tidak akan pernah meninggalkan Bumi dan akan selalu berevolusi disini. Untungnya Matahari masih setia sama Bumi, Kalau sampai Matahari berpindah kelain orbit dan “hilang”, berarti??? brrrr,, Ayo perbanyak Ibadah sob…hehehe....

2. Beeeh Gratis, benar-benar gratis tapi ada embel-embel atau bintang kecil syarat dan ketentuan berlaku sih…hehe.... Sumber energi Matahari ini adalah anugerah cuma-cuma yang diberikan oleh Pencipta kita (kembali ke konsep keTuhanan masing-masing ya sob..asal akoeer!!). dan peruntukkannya di dunia pun tidak dipatok harga oleh pemerintah setempat untuk menikmatinya. Pemerintah tidak mempunyai hak prerogratif untuk mengatur ini, berbeda dengan minyak bumi atau batu bara dan juga beberapa bahan mineral lainnya yang harganya dapat diatur, ya itu lagi, karena Matahari itu anugerah dan kita gak perlu repot-repot “gali tanah” untuk menemukan sinar Matahari. Tapiiiii lambang bintang kecil layaknya ditoko-toko pada saat promo (red : syarat dan ketentuan berlaku) berlaku juga disini dalam pemanfaatanya untuk Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) yaitu biaya untuk memberikan reward atau upah dalam pengembangan dan aplikasi teknologinya.

3. Pasokan Melimpah
Relevansi dari poin ini akan bervariasi untuk tiap lokasinya. Tapi dari rujukan letak geografis Indonesia, yaaa untuk manfaat ini sudah pasti pasokan energi matahari di Indonesia melimpah…

4. Ramah Lingkungan
Dalam pengembangan aplikasinya. PLTS ini tidak menghasilkan limbah yang akan membahayakan lingkungan dalam jangka panjaaaang....

5. Tidak membutuhkan bahan bakar
Dalam pengoperasian PLTS ini tidak membutuhkan bahan bakar berupa bensin, solar dan lainnya. Hal ini pula yang merujuk mengapa PLTS memiliki keuntungan berupa ramah lingkungan. Tanpa bahan bakar oleh sebabnya tidak akan menghasilkan “kepulan” asap yang cukup merugikan warga sekitar. Selain impact di ramah lingkungan, otomatis ini juga mengirit biaya dalam menjalankan operasinya.

6. Hanya membutuhkan sedikit perawatan
Sedikit cerita dari seseorang jika PLTS sudah diinstalasi dan dioptimasi disuatu tempat hanya membutuhkan sedikit perawatan, bagian-bagian dari whafer lembaran semikonduktor yang sudah “kompak” jika tidak mengalami jatuh maka aman. Dan juga dalam produksi kelistrikannya tidak mengeluarkan bunyi bising.

Oke, itulah banyaknya keuntungan dari PLTS jika kita bandingkan dengan Pembangkit Listrik Tenaga “Fosil” yang ada saat ini. Terlepas dari banyaknya keuntungan, ternyata eh ternyata ada juga loh kerugiannya, apa itu? Lanjut terus ya sob…

1. Biaya Instalasi Awal Tinggi
Tak bisa dipungkiri, “ada uang ada kualitas”. Dikarenakan mengolah bahan baku yang gratis itu membutuhkan kualitas teknologi yang baik, maka biaya yang diperlukan sangat besar per MW. Untuk biaya pemasangan satu rumah saja relative mahal, apalagi mega proyek. Akan membutuhkan panel surya dan baterai penyimpan yang berkuantitas dan tentu berkualitas. Oleh karenanya perlu #kerjabersama

2. Membutuhkan perangkat tambahan
Dalam penggunaan konversi tersebut, listrik dalam penggunannya tidak dapat serta-merta langsung di gunakan. Karena secara umum, setelah dari panel surya tegangan yang dihasilkan adalah arus searah (DC), jadi agar bisa menjadi arus AC (bolak-balik) membutuhkan perangkat tambahan seperti konverter, ya fungsinya untuk mengubah atau “menswitch” si DC jadi AC. Itu baru arusnya, bagaimana jika membutuhkan untuk menaikkan tegangan, ya mau gak mau perlu inverter dan juga perlu baterai untuk penyimpanan daya yang tentunya juga menipiskan kantong kita.

3. Tidak berfungsi di malam hari dan berkurang ketika mendung
Hal in jelaslah ya, karena di waktu malam dan mendung si sinar kurang optimal menyinari panelnya. Maka ya untuk mensiasatinya dibeli atau dibuat deh si baterai penyimpan. Jadi kalau cuaca kurang bagus, sangat resisten, mungkin kurang dari separoh kapasitas yang bisa kita manfaatin. jadi yaaaa....so soooo lah....

Itulah dua sisi dari energi matahari yang dapat kita manfaatkan sebagai sumber listrik, menerangi nusantara dari jaman kegelapan. Rasio elektrifikasi 100 persen tampaknya akan cepat tercapai andalkan energi yang satu ini. Siapkah kita?




Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sesederhana Kopi dan Roti

Mau Dibawa Kemana Listrik Indonesia? (Episode : "Pengendali Udara")

Ketika Panas (Bumi) Jadi Anugerah Negeri