Harta Karun EBT Itu Ada Dalam Limbah Tanaman Tropis yang Menjamur di Indonesia
Satu
dalam cerita menyambangi timurnya Jakarta. Untuk menambah cerita dan relasi
menyambung asa. Yap berdiri aku menghabisi waktu disana sepanjang releasenya
tenaga dalam diri. The 5th Indonesia International Palm Oil
Machinery& Processing Technology Exhibition 2017. Untuk mengingat nama
acaranya saja saya perlu membuka kembali email yang menautkan surat undangan
acara tersebut.
Dr.Ir. Y.Aris Purwanto M.Sc. sedang memaparkan "postharvest and processing technology" |
Seperjalanan
matahari menenggelamkan dirinya ke Barat, dan paparan siang Pak Aris mengenai penanganan dan perkembangan teknologi pertanian (buah) serta tentang kelapa sawit,, membuat aku cukup tertegun dengan perkembangan
dan influence dari teknologi pengolahan kelapa sawit. Mulai dari pemanfaatan
sederhana sampai pengolahan lanjutan ampas-ampasnya nyaris tak tersisa hingga
tetes terakhir…hehehe. Kini…ingatanku mengembara ke peta Indonesia, fokus di
bagian baratnya. Konon, pulau Sumatera dan Kalimantan adalah salah dua lahan sawit terbesar di dunia…. Tanahnya tropis keringnya menjadi habitat tanaman
pangan yang hanya bisa ditemui di beberapa wilayah di dunia itu. Indonesia dan
Malaysia sebagai pemasok utama di dunia pun berlomba dalam pengembangan
keilmuan dan pemanfaatannya.
Sebuah
cerita tentang sawit di Indonesia memanglah tiada habis. Sawit, sumber
pendapatan rakyat namun juga memberi dampak lingkungan yang tak sedikit. Sawit,
yang dari buahnya dapat kita manfaatkan untuk bermacam-macam produk, mulai
produk olahan hingga produk kesehatan. Sawit, sebuah warisan keluarga dan
harapan akan kehidupan yang lebih baik di masa depan. Satu yang pasti. Sawit,
membawa banyak cerita untuk negeri tercinta…Turun naiknya membuat Indonesia
diperhatikan oleh dunia.
Satu
yang tak boleh kita lewatkan, saat buah sawit diperas menghasilkan CPO (Crude
Palm Oil) nya, ternyata hanya sekitar 20 persennya saja yang termanfaatkan
menjadi produk utama tersebut. Bicara soal harga, CPO dengan kualitas terbaik
saat ini dihargai 8 jutaan per tonnya. Coba kita lihat produksi Indonesia di
tahun 2016 saja menjapai 36 juta metrik ton, 27 juta metric ton diantaranya
untuk ekspor. Hitung saja pendapatan kotor nasional dari CPO ini….. Angka yang
lumayan bommbastis untuk menjadikan sawit sebagai devisa yang mengakar….
Bicara
soal produksi, bila CPO tadi dikatakan hanya 20 persen (dari hanya hasil
perasan) buah sawit…. atau biasa disebutnya fruit bunch, maka dari 1 ton CPO
saja, masih ada sisa dari buahnya yang tidak terpakai sekitar 4 ton lagi….
Kebayang nggak sih itu tumbukan dari sisa sawit bila dikumpulkan di seluruh
Indonesia, sekitar 36 juta metrik ton kali 4 sekitar 144 juta metrik ton.
Hmmmm….itu semana dan kemana ya….
Okay
kita kupas satu persatu dari sisa CPO ini, ada tandan kosong kelapa sawit
(empty fruit bunches), cangkang sawit (kernel shell), fiber dan sisanya POME
(limbah cair.red). Sempat ngehits dan jadi perbincangan heboh di awal
millennium kedua, potensi pemanfaatan tandan kosong kelapa sawit ini untuk
produk energi. Bukan, bukan untuk biomassa seperti yang sudah dilakukan selama
ini, tandan kosong dibakar untuk menghasilkan energi untuk memanaskan boiler,
tempat penggodokan kelapa sawit sebelum dipress maksimal. Secara gampangnya,
ini adalah sisa buah sawit setelah dipress maksimal.
Empty
fruit bunches, kita sebut saja EFB biar gampang tapi tetep kekinian, yang
merupakan produk samping CPO dengan total volume yang hampir sama bahkan bisa
dikatakan lebih dari CPO yang dihasilkan (CPO 20 persen : tandan kosong kelapa
sawit 23 persen) sempat jaya di masanya sebagai salah satu bahan yang
diunggulkan jadi sumber bioethanol. Eeeemmmmm….. oke kita flashback dulu yuk ke
belakang akan ketenaran EFB ini….
Ketika
bioethanol generasi pertama yang berasal dari tanaman pangan seperti tebu,
jagung, dan gandum dirasa peruntukannya kurang tepat karena seakan “merebut”
porsi pangan manusia di dunia, lambat laun pergeseran dimulai untuk mengurangi
dan bahkan menggantikan bioethanol ke
tanaman non pangan yang potensi dan pengembangannya dapat dijadikan bioethanol.
Tapi ingat, gak serta merta kita bisa secara random menukar atau “mencomot” tanaman
berpotensi itu. Seperti halnya “promo” di provider HP, untuk tanaman ini perlu
ada syarat tertentu dalam memilih tanaman non pangan yang kemudian ditasbihkan
sebagai sumber bioethanol generasi kedua ini antara lain memiliki kandungan
gula yang tinggi. Manis….tentu…. Semakin manis berarti semakin banyak kandungan
gulanya, dan semakin besar pula kandungan ethanol yang dihasilkan. Tapi manis
sajakah?
Ternyata
selidik punya selidik hal yang menjadi sorotan terpenting untuk sumber
bioethanol generasi kedua ini adalah termasuk ke dalam senyawa lignoselulosa,
senyawa yang dapat dipisahkan kandungan selulosa nya dari bagian Lignin
tumbuhan melalui berbagai reaksi kimia, bisa asam, maupun basa, proses ini
biasa disebut pretreatment. Setelah pretreatment, selanjutnya adalah hidrolisis,
pemecahan rantai panjang selulosa untuk dapat senyawa gula-gula sederhana.
Nah,
hasil dari hidrolisis ini, kemudian dapat terfermentasikan menjadi ethanol
melalui proses fermentasi dengan bantuan enzim, yang paling banyak digunakan di
Indonesia, enzimnya Saccharomyces cerevisiae. CUkup ampuh si enzim kecil satu
ini. Biasanya dibiakkan dulu dalam media agar agar enzymnya jadi banyak, baru
dimasukkan ke dalam larutan yang akan difermentasi. Udah kebayang belum
kira-kira….
Semakin
banyak kandungan selulosa dari si generasi kedua ini pastinya akan makin banyak
ethanol yang dihasilkan pula. Bagaimana dengan EFB kita tadi? Berbagai penelitian
menunjukkan kandungan selulosa dari EFB ini mencapai 30-50 persen, yang artinya
selulosa itu dapat difermentasikan menjadi alcohol melalui proses yang sudah
disebutkan di atas, walaupun ini bukan berarti ethanol yang dihasilkan juga
30-50 persen juga, karena dalam reaksi kimia, hasilnya dapat dikatakan bagus
bila yield yang dihasilkan sesuai dengan rumus kimia dari proses persenyawaan.
Maasih inget kan pelajaran SMA soal perbandingan mol???
Tantangan
saat ini adalah menghasilkan ethanol yield yang tinggi dari berbagai sumber
bioethanol yang tersebar di berbagai belahan negeri.
Komentar
Posting Komentar