Mau Dibawa Kemana Listrik Indonesia? (Episode : "Pengendali Udara")
Konnichiwa minnasan yang ngelak
akan literasi, balik maning nang gaweanku (hehe....melting pot Javanese dan
Japanese).
*Halo semua yang haus akan
literasi, kembali lagi bersama kerjaanku (ceritaku...), akoooer !! hahaha.
Hari ini agak sedikit memaksakan
diri untuk duduk khusyuk di depan laptop. Weekend yang harusnya jadi sarana
untuk leyeh-leyeh, eh malah dari Sabtu malam kemarin ikutan ngejasa “Moderator”
keliling hehe kidding sob ! Karena pijat keliling dah terlalu mainstream;
kredit keliling dah menjamur; Yudha keliling itu orang tangguh yang awalnya
hanya seorang penonton standup comedy
kini menjadi salah satu komika (red: julukan untuk orang yang ber-Standup Comedy di Indonesia). Eladalah,
ceritanya malah kemana-mana ya.
Bentar, ini harus ada benang
merahnya. KELILING.....hmmmh apa coba yang bisa disangkut-sangkutin sama 1 kata
itu.
Di dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI), KELILING adalah garis atau ukuran yang membatasi suatu
bidang.
Sooo, kita flashback bentaran kejaman-jamannya saat masih lucu dan amit (red: wajib belajar 9 tahun). Di jam olahraga, Pak Guru yang kokoh, tangguh dan gagah (asyik diendorse sama Semen nih sob), selalu menginstruksikan kepada kita untuk pemanasan dengan berlari.
Sooo, kita flashback bentaran kejaman-jamannya saat masih lucu dan amit (red: wajib belajar 9 tahun). Di jam olahraga, Pak Guru yang kokoh, tangguh dan gagah (asyik diendorse sama Semen nih sob), selalu menginstruksikan kepada kita untuk pemanasan dengan berlari.
Pak Guru Semen : Anak-anak, nanti
yang sudah selesai mengganti pakaian, langsung ke lapangan dan pemanasan
berlari KELILING (pingpong kata kunci kebuka) lapangan ya.
Anak-Anak : Baik pak, Kelilingnya
berapa PUTARAN pak ?.
Nah-nah stop-stop... akhirnya
dapat juga benang merah maksanya, KELILING erat kaitannya dengan PUTARAN
(anggap aja kaya gitu ya, referensi shohihnya dari ilustrasi jam olahraga).
Berbicara mengenai Putaran dalam
lingkup listrik dan sumber energinya, maka kita mengarah kepada??? (yang tau
ngacung ya di komen)... yaps tul sekali, suatu sumber energi terbarukan yang
dapat mengubah suatu putaran menjadi gelombang kumparan-kumparan listrik. Secara
IPAnya mengkonversi energi kinetik menjadi listrik.
Kalau sudah berbicara kinetik,
listrik dan energi serta sumbernya, Indonesia bisa menjadi salah satu rujukan
karena julukan kemaritimannya. Kenapa eh kenapa?. Dengan limpahan lautan yang
terbentang dan menyatukan Indonesia dari sabang sampai merauke, maka anugerah
Air dan Angin tak bisa dipungkiri menjadi salah banyak potensi energi yang
seharusnya dapat dioptimalkan dipelosok Indonesia.
Dengan mengucapkan Basmallah,
pertama-tama mari kita berangkat ke Negeri Angin (baca: ngebahas tentang negeri
kita dan angin ya....).
Di medio 2016 aku sempat
berbincang dengan salah seorang “pengendali angin” bernama Ricky Elson yang senang
dijuluki “Sang Putra Petir”. Banyak cerita yang dipaparkankannya, mulai dari
cita-citanya yang ingin menerangi pelosok negeri dengan teknologi monopoli
pribadi serta kiat untuk merintis dan mendirikan sekumpulan peneliti atau orang
yang ingin berkontribusi untuk negeri sesuai passionnya, contoh yang sudah “Sang
Putra Petir” dirikan adalah Lentera Angin Nusantara. Dimana salah satu
produknya adalah Penari Langit (Sky Dancer) yang mana kini nyata berhasil
menerangi 3 desa di Sumba Timur NTT.
Saat belajar ke salah satu "Pengendali Angin" (Mas Ricky Elson) |
Sedikit kilas balik kesuksessannya. Bermodalkan pengetahuan dan kemahirannya di sektor “motor”. Motor disini bukan sesuatu yang mengarah ke kopling, gigi dan matic (red: jenis sepeda motor) ya sob, tapi motor yang erat hubungannya ke penggerak dimana korelasinya ke turbin, dinamo, generator, kincir,dst. Sang putra petir ini mengulik dengan dalam untuk mengembangkan micro wind turbin atau pembangkit listrik tenaga angin skala mikro. Kenapa mikro? Karena beliau melihat keresahan ketidak cocokan kincir angin besar ala eropa yang beberapa sudah “ditanam” di daerah Indonesia kurang maksimal penggunaanya.Dikarenakan kecepatan angin di Indonesia yang bisa dibilang nanggung, kurang bisa mengerakkan secara optimal kincir yang sudah ditanam itu. Simsalabim, karena kegigihan sang putra petir dan rekan tangguhnya yang membangun “bisnis” sociopreneurship ini , boooooom “The Sky Dancer” atau TSD-500 lahir.
The Sky Dancer di tanah SUMBA |
Well, itulah salah satu contoh dari pemanfaatan energi angin untuk dijadikan sumber tenaga listrik. Apalagi kemudahaan yang diberikan Pemerintah melalui Kementerian ESDM bulan Mei lalu dengan memetakan dan meluncurkan potensi Energi angin di Indonesia yang bekerjasama dengan Denmark. (Peluncuran Peta Potensi Energi Angin Kerjasama Indonesia-Denmark)
Peta Potensi Energi Angin di Indonesia |
Peta Potensi Energi Angin ini
diklaim dapat membantu pemerintah dan pelaku usaha dalam menentukan wilayah
yang memiliki potensi untuk dibangun Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB).
Jadi ya....kalau kita oprek-oprek peta ini, dengan meninjau kecepatan anginnya,
boom dapet deh tempat potensial yang mana yang bagus untuk dikembangkan PLTB.
Ya karena dibutuhkan kecepatan angin tertentu untuk dapat membuat kincir
berputar dan menghasilkan tenaga listrik.
Menteri ESDM Ignasius Jonan
sendiri menyatakan Indonesia berencana membangun 60 GW termasuk dari pembangkit
listrik swasta, dengan berbagai bauran energi, salah satunya energi angin. Tau
nggak sih target Pemerintah itu luar biasa sekali, bauran energi pada 2025
nanti 23% nya dari energi baru terbarukan, dimana angin jadi salah satu yang
diharapkan dapat mengisi porsi cukup besar di dalamnya.
Nggak cuma omdo, salutnya sama Pemerintah
sekarang salah satunya karena terima kritikan dan masukan dari stakeholder.
Buktinya nih, di saat investor mulai ragu mengembangkan EBT, Pemerintah kembali
membuka keran investasi lewat berbagai kemudahan dan insentif yang diberikan
dalam Peraturan Menteri ESDM yang barusan terbit, Permen 45, 49, dan 50 di tahun 2017, yang
notabene dibuat dalam rangka memberikan investor jalan yang lebih mudah untuk
membangun infrastruktur ketenagalistrikan utamanya di daerah-daerah yang susah
dijangkau jaringan listrik.
Sebelumnya nih, di tahun 2016
udah dirintis PLTB kapasitas terbesar di Indonesia di Kabupaten Sidenreng Rappang
(Sidrap) di Sulawesi Selatan. Sidrap akan menjadi lokasi bagi wind farm dengan
pembangkit listrik dengan kapasitas 70 megawatt (MW). PLTB ini dikembangkan
oleh Independent Power Producer (IPP) Internasional UPC Renewables Indonesia
bekerja sama dengan PT Binatek Energi Terbarukan. Ditargetkan operasinya pada
2017.
Kita doain aja sob, moga-moga
terealisasi...tapi jangan cuma doa juga, kita dukung buah pikir
#energiberkeadilan.
Ngantuk sob... udahan dulu ya
ceritanya hari ini... see you when I see you.
Ceritanya ngalir
BalasHapusJadi arahannya pemerintah itu sudah mulai memetakkan daerah yang akan dibangun PLTB ya? Terus bagaimana dng daerah yang sudah ada kincir besarnya tapi tidak jalan?
BalasHapusnah itu gimana broh?
BalasHapus